Hakikat, Bentuk, dan Faktor Penyebab Ketimpangan Sosial

Hakikat Ketimpangan Sosial

Naidoo dan Wills dalam Warwick-Booth (2013), ketimpangan sosial merupakan perbedaan-perbedaan dalam pemasukan (income), sumber daya (resources), kekuasaan (power) dan status di dalam dan antara masyarakat. Ketimpangan ini dipertahankan oleh orang-orang yang berkuasa melalui institusi dan proses-proses sosial. Pengertian ketimpangan sosial berdasarkan ahli.

1. Budi Winarno

Ketimpangan sosial ialah sebuah akibat dari adanya kegagalan dalam pembangunan pada era globalisasi yang mana untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis dari masyarakat.

2. Jonathan Haughton dan Shahidur R Khandker

Ketimpangan sosial yaitu segala bentuk ketidakadilan yang merupakan dampak dari adanya proses pembangunan.

3. Andrinof A Chaniago

Ketimpangan sosial yakni suatu pada pembangunan yang berfokus pada aspek sosial dan ekonomi saja.

Bentuk-Bentuk Ketimpangan Sosial
Menurut Andrinof Chaniago, paling tidak terdapat enam ketimpangan yang terjadi yaitu sebagai berikut (Syamsul Hadi, dkk, 2004)
1. Ketimpangan desa dan kota
2. Kesenjangan pembangunan diri insan Indonesia
3. Ketimpangan antargolongan sosial ekonomi yang diperlihatkan dengan semakin meningkatnya kesenjangan ekonomi antara golongan-golongan dalam masyarakat
4. Ketimpangan penyebaran aset di kalangan swasta dengan ciri sebagian besar kepemilikan aset di Indonesia terkonsentrasi pada skala besar
5. Ketimpangan antarsektor ekonomi dengan ciri sebagian sektor, contohnya properti, menerima tempat yang istimewa
6. Ketimpangan antarwilayah dan subwilayah dengan konsentrasi ekonomi terpusat pada wilayah perkotaan, terutama ibu kota, sehingga tempat hanya mendapatkan konsentrasi ekonomi yang sangat kecil.

Faktor Penyebab Ketimpangan Sosial
1. Faktor Struktural
Faktor struktural berkaitan erat dengan tata kelola yang merupakan kebijakan pemerintah dalam menangani masyarakat, baik yang bersifat legal formal maupun kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaannya. Faktor struktural sanggup kita ibaratkan sebagai “jaringan listrik” yang berfungsi sebagai penyalur energi yang memberi aset ke masyarakat biar sanggup dioptimalkan energinya untuk pembangunan diri dan bangsa.

2. Faktor Kultural
Faktor kultural atau budaya masyarakat sanggup diibaratkan sebagai tenaga listrik atau energi pelopor kehidupan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan sifat atau abjad masyarakat dalam melaksanakan kehidupannya, apakah ia malas atau rajin, giat atau gampang menyerah, jujur atau menghalalkan aneka macam cara, suka berkompetisi atau mendapatkan apa adanya, dan seterusnya. Kultur dalam hal ini berkaitan dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh suatu masyarakat.


Komentar