Modul 1.1 merupakan dasar filosofis
pemikiran Ki Hajar dewantara. Sebelum mempelajari modul ini, saya mengenal
sosok Ki Hajar Dewantara hanya sekedar Ing Ngarso Sung Tulodho (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun
Karso (di tengah membangun semangat, kemauan), Tut Wuri Handayani (di belakang
memberi dorongan). Dalam melihat sosok muridpun saya juga masih menialai bahwa murid
hanyalah sebuah objek pendidikan yang dapat dimainkan oleh sang aktor yaitu
guru. Untuk melibatkan siswa secara penuh dalam setiap kegiatan pembelajaran
tentunya akan sangat berat. Hal yang memberatkan inilah yang mengunci pikiran
kita bahwa seorang murid adalah seorang anak yang tidak tahu apa-apa. Mereka
hanya mau belajar dengan pendampingan seorang guru. Dulu kita masih berpikir gurulah
sebagai pusat ilmu, sehingga tanpa adanya ilmu dari guru akan membuat para
murid tidak berdaya. Selain itu proses pembelajaran juga masih sentralistik,
artinya pendidikan hanya berpusat kepada guru sebagai aktor utama dalam
pembelajaran. Dalam proses pembelajarannya juga yang saya rasakan adalah murid
tidk dapat merasakan sebuah proses belajar yang merdeka. Mereka hanya
mendapatkan pengajaran yang searah tanpa dilakukan sebuah kebebasan dalam menentukan
cara belajar versi para murid.
Modul 1.1. merupakan mudul awal yang akan
mengubah pemikiran / mindset kita sebagai pengajar. Perubahan pemikiran ini
berlangsung secara mendasar. Modul 1.1 ini mampu mengubah pembelajaran yang
tidak lagi sentralistik. Di dalam modul ini kita dikenalkan bahwa sumber ilmu
tidak hanya guru melainkan murid itu sendiri. Secara tidak sadar mereka sudah
melakukan proses belajar yang merdeka. Ketergantungan terkait keberadaan guru
juga sudah mampu diminamilisir. Kita sebagai pendidik hanya mampu
memfasilitasi, mendorong, dan menyemangati bagi para murid dalam melakukan
proses pembelajaran. Hal yang mendasar adalah bagaimana kita memposisikan murid
secagai subjek pendidikan. Subjek pendidikan harus mampu menjadi aktor dalam
proses pembelajaran. Semua pembelajaran harus mampu berasal dari murid, untuk kebaikan
murid itu sendiri. Dengan mempelajari modul ini saya merasakan peran guru
sesungguhnya, guru harus mampu memberikan ketauladanan, semangat dan dorongan
yang utuh untuk para murid.
Hal yang segera saya terapkan adalah
membangun kedekatan secara emosional kepada para murid. Membangun kedekatan
bisa kita lakukan melalui membuka komunikasi yang efektif, mengobrol tentang
hal-hal ringan mulai dari hobi, kebiasaan, keinginan dalam belajar sampai
menanyakan cita-citanya sang anak kelak. Dengan terbangunnya komunikasi kita
bisa menentukan cara efektif dalam melakukan pembelajaran. Setiap kelas
memiliki ciri khas kelas tersendiri/ karakteristik kelas yang unik. Dengan
demikian model / metode pembelajaran dapat mudah diterapkan. Dalam pembelajaran
yang kita lakukan harus mampu menerapkan rasa empati kepada para murid yang
memang memiliki kekurangan baik secara akademik maupun secara ekonomi. Hal ini
untuk dapat memperpendek jurang pemisah atau kesenjangan yang tercipta selam
ini di kelas. Rasa kedekatan dan empati mampu membangkitkan rasa percaya diri
yang kokoh. Kedepan rasa yang baik ini akan mampu menjadi pendorong dan
penyemangat bagi pra siswa dalam meraih cita-cita di masa depan.
Komentar
Posting Komentar