Kalau kita
mendengar kata demokrasi tentunya dalam angan-angan kita adalah suatu system
pemerintahan terbaik saat ini. Dibelahan dunia manapun seakan berlomba ingin
menunjukkan bahwa sitem demokrasi di negaranyalah yang paling baik. Amerika
serikat yang notabene Negara demokrasi tertua belum dikatakan sebagai system
yang sempuna. System pemerintahan
kerajaan atau monarki sudah banyak yang ditinggalkan. Bagaimana
demokrasi di Indonesia yang menganut demokrasi pancasila?
Di Indonesia memang menganut demokrasi pancasila mulai Negara ini
terbentuk. Dalam perundang-undangan yang ada demokrasi pancasila telah tersusun
secara rapi dan apik mengatur kekuasaan pola pemerintahan di Indonesia. Dasar
teoritis konsep demokrasi adalah, bahwa kekuasaan (kratos) ada di tangan
rakyat (demos).
Di dalam segala aspek pembuatan peraturan maupun kebijakan publik, rakyat, dan
kepentingannya, adalah titik pijak yang paling utama. Hukum dibuat untuk
mengabdi kepentingan rakyat. Seluruh tata politik, ekonomi, dan hukum dibuat
untuk memenuhi sedapat mungkin semua kepentingan rakyat. Di dalam prakteknya,
demokrasi berpijak pada empat prinsip. Prinsip itu adalah kebebasan
(otonomi=kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri sebagai pribadi yang bebas
dan punya hati nurani), kesetaraan antar manusia, perwakilan rakyat yang
sungguh mewakili kepentingan rakyat, dan kepastian hukum (setiap orang berhak
untuk mendapatkan keadilan di depan hukum). Keempat prinsip itu harus ada
berbarengan, supaya demokrasi bisa sungguh tercipta. Dengan pola ini,
jalan-jalan demokratis menuju keadilan dan kemakmuran bangsa bisa dimulai.
(Wattimena, 2012).
Demokrasi yang
sudah berjalan selama ini memang tidaklah semulus dan semudah dari makna
demokrasi itu sendiri. Arti dari demokrasi memanglah pendek, namun arti
sebenarnya tidaklah semudah mengucapkannya. Perlu adanya orang-orang yang
konsekuen menjalankan pemerintahan demokrasi. Jika pemerintahan yang demokrasi (katanya)
dijalankan oleh orang –orang yang hanya mencari kepentingan pribadi dan
kelompok, tentunya hanya akan melahirkan anarki. Anarki adalah suatu kerusuhan
massal yang ditimbulkan oleh ketidakaturan social. Anarki yang dibiarkan akan membawa
konsekuensi perpecahan bangsa, dan tidak menutup kemungkinkan mereka lebih
memilih untuk melepaskan diri dari Negara kesatuan republic Indonesia. Dari
pola yang anarki akan terbentuk pula pemerintahan oligarkis dimana pemerintahan
yang didominasi oleh sekelompok orang – orang kaya yang memiliki kepentingan
tertentu. Partai politik yang notabene sebagai sarana komunikasi politik malah
dijadikan sarana penguatan atau pencarian kekuasaan.
Pola-pola
demokrasi yang anarki dapat kita jumpai pada penyimpangan penyelenggaraan
pemilihan pemimpin mulai dari tingkat presiden sampai tingkat kepala desa. Mulai
dari masalah penggelembungan suara, perselisihan penghitungan suara, eliminasi
calon, bahkan sampai pada ketidakpuasan para pendukung calon pemimpin. Demonstasi
yang sering terjadi di Indonesia diikuti dengan merusak fasilitas-failitas
umum. Fasilitas umum yang diperuntukkan untuk ketertiban social kadang dirusak
tanpa sebab oleh para demonstran, mereka merasa dengan merusak fasilitas Negara
aspirasi mereka akan lebih didengar oleh pemerintah. Hal ini tentunya akan
bersifat terbalik dengan apa yang disuarakan, mereka ingin kesejahteraan rakyat
diperhatikan tetapi malah merusak fasilitas umum yang ada.
Dampak negative
yang akan muncul adalah hilangnya harta dan nyawa seseorang. Adanya korban jiwa
hanya akan membawa keprihatinan yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.
Mereka kadang tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sungguh diluar dari
hati nurani manusia. Mereka membuat bom Molotov, membuat pedang, bahkan senjata
rakitan untuk melawan polisi dan tentara yang berusaha melindungi aset Negara. Para
demonstran akan merasa puas lagi jika asset negara sudah tidak dapat
difungsikan, seperti yang terjadi pada nasib kantor bupati Bima yang dibumi
hanguskan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Mereka tidak menyadari
dengan kerusakan itu membawa dampak lumpuhnhya pelayanan umum.
Pemiihan kepala
daerah sejatinya dilakukankan sebagai mekanisme penyegaran kehidupan demokrasi
di daerah tertentu. Pemilukada kota Bima akan dilaksanakan bulan April 2013,
para calon walikota sudah mulai memperkenalkan kepada warganya dengan berbagai
cara. Diberbagai sudut kota Bima saat ini sudah dipenuhi foto-foto para calon
walikota dan wakilnya. Mereka mulai membentuk tim pemenangan, membuat program,
hingga sebar-menyebar kalender 2013 adalah cara yang ampuh untuk memberikan
salam perkenalan. Jika melihat para figur yang ada, kota Bima memliki sumber
daya manusia yang sungguh luar biasa. Intelektualitas masyarakat Bima sudah
terkenal hingga ke pusat. Dari banyaknya calon yang ada, kita sebagai pemilih
hanya bisa menggunakan hak pilih kita untuk satu pilihan. Pilihan anda tertunya
akan membawa perubahan bagi pembangunan Kota Bima sampai 5 tahun mendatang.
Alangkah arif
dan bijak jika pilkada tahun ini dijadikan momentum berbenah bersama, jangan
malah masa-masa saat ini digunakan untuk saling menjatuhkan dan mengintimidasi
satu sama lainnya. Setiap pemimpin pasti akan membawa perubahan dalam
masyarakat. Masyarakat saat ini tentunya sudah mulai pintar memilih pemimpin
yang benar-benar berkualitas. Masyarakat dapat melihat track record
kepemimpinan masa lalunya. Dengan dasar inilah kita menentukan pilihan, jangan
sampai money politic masih dipraktekkan di kota bima. Money politic yang
dilakukan dalam pemilukada di beberapa daerah akan menimbulkan keresahan dan
memicu konflik antar mayarakat. Dan selama 5 tahun mendatang akan berdampak
pada terhambatnya pembangunan.
Setiap hari
televisi menyuguhkan polemik-polemik pilkada di daerah lain. Permasalahan-permasalahan
seputar pilkada tidak akan jauh berbeda dengan apa yang terjadi di daerah lain.
Hal ini tentunya menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk lebih arif dan
bijak dalam memilih pemimpin kota Bima. Harapan
yang besar dalam melaksanakan demokrasi tanpa anarki akan tercermin dalam
pelaksanaan pemilukada. Hal ini juga menjadikan bukti bahwa masyarakat kota
bima sudah dewasa dan memilih pemimpin dengan pemikiran matang bukan dengan landasan
emosi semata. Dalam pemilihan adanya kalah-menang adalah hal yang biasa. Semoga
kota Bima mendapatkan pemimpin yang prorakyat dan bukan untuk pro kelompok . Demokrasi
Yes, anarki NO!!.
Komentar
Posting Komentar